Rabu, 06 November 2013

Amoxicillin

Amoksisilin adalah turunan penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan makanan, tidak tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Ekskresi dihambat saat pemberian bersamaan dengan Probenesid, sehingga memperpanjang efek terapi. Amoksisilin aktif terhadap organisme gram-positif dan gram-negatif.
Indikasi :
Indikasi yang disebabkan oleh strain-strain bakteri yang peka : 
  1. Infeksi kulit dan jaringan lunak : Stafilococcus bukan penghasil penisilinase, streptococcus, E. Coli.
  2. Infeksi saluran pernafasan : H. Influenza, Streptococcus, Streptococcus pneumoniae, Stafilococcus bukan penghasil penisilinase, E.Coli.
  3. Infeksi saluran geitourinari :  E.Coli, P.Mirabilis dan Streptococcus faecalis.
  4. Gonore : N. Gonorrhea (bukan penghasil penisilinase) 
Dosis :
  1. Dewasa dan anak-anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 250-500 mg tiap 8 jam.
  2. Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi, diberikan tiap 8 jam.
  3. Untuk penderita dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan pengurangan dosis.
  4. Pada penderita yang menerima dialisa peritonial, dosis maksimum yang dianjurkan 500 mg sehari.
  5. Gonokokus uretritis : Amoksisilin 3 g sebagai dosis tunggal.
Peringatan dan Perhatian : 
  1. Hati-hati pemberian obat ini pada penderita leukimia limphatik, karena kepekaan terhadap rash kulit yang disebabkan Amoksisilin.
  2. Dapat menyebabkan terjadinya kolitis yang berat.
  3. Sebelum pengobatan dengan Amoksisilin harus dilakukan pemeriksaan reaksi kepekaan terhadap penisillin.
  4. Amoksisilin harus digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil dan menyusui.
  5. Pengobatan dengan Amoksisilin dalam jangka waktu lama harus disertai dengan pemeriksaan fungsi ginjal, hati dan darah.
  6. Dapat menimbulkan superinfeksi (biasanya penyebabnya Enterobacterium, Pseudomonas, S.Aerus, Candida). Bila terjadi hal tersebut, hentikan pengobatan dan diberikan alternatif lain.
  7. Untuk penderita dengan gagal fungsi ginjal monitor tingkat plasma dan urine harus dilakukan penyesuaian dosis.
  8. Jangan untuk pengobatan meningitis atau infeksi pada tulang sendi karena Amoksisilin oral tidak menembus kedalam cairan serebospinal atau sinorial.
Efek samping : 
  1. Reaksi kepekaan seperti ruam eritem makulopapular, urtikaria, ruam kulit, serum sickness.
  2. Reaksi kepekaan yang serius dan fatal adalah anafilaksis terutama terjadi pada penderita yang hipersensitif terhadap penisilin.
  3. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare.
  4. Reaksi-reaksi hematologi (biasanya bersifat reversibel).
Kontraindikasi :
Penderita hypersensitif atau mempunyai riwayat hipersensitif terhadap antibiotik betalaktam (penisilin, sefalosporin)
Interaksi obat :
  1. Probenesid dapat meningkatkan dan memperpanjang level darah Amoksisilin. 
  2. Penggunaan bersamaan Alopurinol dapat menyebabkan peningkatan terjadinya reaksi pada kulit. sumber : http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/01/amoxicillin-500-mg.html#axzz2jrDiKiLd
AMBROXOL

Ambroxol adalah agen sekretolitik digunakan dalam pengobatan penyakit pernapasan yang terkait dengan lendir kental atau berlebihan. Ini adalah bahan aktif dari Mucosolvan, Lasolvan atau Mucoangin. Zat ini adalah obat mucoactive dengan beberapa properti termasuk tindakan sekretolitik dan secretomotoric yang memulihkan mekanisme fisiologis clearance saluran pernapasan yang memainkan peran penting dalam mekanisme alami tubuh pertahanan. Ini merangsang sintesis dan pelepasan surfaktan oleh pneumocytes tipe II. Surfaktan bertindak sebagai faktor anti-lem dengan mengurangi adhesi lendir ke dinding bronkial, dalam meningkatkan transportasi dan dalam memberikan perlindungan terhadap infeksi dan agen menjengkelkan.

Ambroxol diindikasikan sebagai "terapi sekretolitik pada penyakit bronkopulmonalis berhubungan dengan sekresi lendir lendir abnormal dan transportasi terganggu. Hal mempromosikan clearance lendir, dahak memfasilitasi dan memudahkan batuk produktif, yang memungkinkan pasien untuk bernapas secara bebas dan mendalam [2]. Ada berbagai formulasi dikembangkan sejak izin edar pertama pada tahun 1978. Sebuah produk utama adalah sirup dengan dua konsentrasi substansi, 30 mg / ml dan 15 mg / ml, yang dapat diberikan pada orang dewasa dan anak-anak dari usia 1 tahun pada dan bahkan dari bayi dalam konsentrasi yang terakhir. formulasi lainnya adalah tablet mengandung 30 mg atau 60 mg, dan pastiles yang akan tersedot dengan 15 ambroxol mg. Ada juga bentuk rilis yang berkelanjutan dengan 75 mg untuk diberikan sekali sehari. Ambroxol juga tersedia sebagai sachet bubuk kering, solusi inhalasi, tetes dan ampul serta tablet effervescent.

Ambroxol juga memberikan bantuan rasa sakit pada sakit tenggorokan akut. Nyeri pada sakit tenggorokan adalah ciri khas faringitis akut.
Sakit tenggorokan biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi ini terbatas diri dan pasien pulih normal setelah beberapa hari. Apa yang paling mengganggu bagi penderita adalah rasa sakit terus menerus di tenggorokan dimaksimalkan ketika pasien menelan. Tujuan utama pengobatan demikian untuk mengurangi rasa sakit. Properti utama Ambroxol untuk mengobati sakit tenggorokan adalah efek bius lokal, dijelaskan pertama di akhir 1970-an, namun dijelaskan dan dikonfirmasi dalam pekerjaan yang lebih baru.

Ambroxol adalah inhibitor yang sangat ampuh dari saluran Na neuronal. Properti ini menyebabkan perkembangan permen mengandung 20 mg ambroxol. Banyak studi klinis state-of-the-art telah menunjukkan keampuhan Ambroxol dalam mengurangi nyeri pada sakit tenggorokan akut, dengan onset cepat aksi dan durasi yang panjang akibat minimal 3 jam. sifat anti-inflamasi
tambahan Ambroxol memiliki relevansi klinis sejak mengarah pengobatan untuk pengurangan ditandai dari kemerahan dari sakit tenggorokan pasi


AMBROXOL 30 mg

Komposisi :
Ambril* tablet
Tiap tablet mengandung Ambroxol HCI 30 mg
Ambril* sirup
Satu sendok takaran (5 ml) mengandung Ambroxol HCI 15 mg

Karakteristik :

Ambril mengandung ambroxol, yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran pernafasan dan mengurangi staknasi cairan sekresi. Pengeluaran lendir dipermudah sehingga melegakan pernafasan. Sekresi lendir menjadi normal kembali selama pengobatan dengan Ambril. Baik batuk maupun volume dahak dapat berkurang secara bermakna. Dengan demikian cairan sekresi yang berupa selaput pada permukaan mukosa saluran pernafasan dapat melaksanakan fungsi proteksi secara normal kembali.
Penggunaan jangka panjang dimungkinkan karena preparat ini mempunyai toleransi yang baik.
                 
Indikasi :

Gangguan saluran pernafasan sehubungan dengan sekresi bronkial yang abnormal baik akut maupun kronis, khususnya pada keadaan-keadaan eksaserbasi dari penyakit-penyakit bronkitis kronis, bronkitis asmatis, asma bronkial.
Takaran pemakaian :

Bila tidak dianjurkan lain oleh dokter, anjuran pemakaian untuk anak berdasarkan jumlah dosis perhari yaitu 1,2 - 1,6 mg Ambroxol HCI per kg berat badan.

Tablet :
Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun
tablet 3 kali sehari.
Anak-anak antara 5-12 tahun
1/2 tablet 3 kali sehari.
pada pemakaian jangka panjang dosis pemberian sebaiknya dikurangi menjadi 2 kali sehari.Tablet sebaiknya ditelan sesudah makan bersama sedikit air.
 
Sirup :
Anak-anaks/d 2 tahun
2,5 ml (V; sendok takaran), 2 kali sehari
Anak-anak2-5 tahun
2,5 ml (V2 sendok takaran), 3 kali sehari.
Anak-anakdi atas 5 tahun
5ml{ 1 sendok takaran), 2- 3 kali sehari.
Dewasa
10 ml (2 sendok takaran), 3 kali sehari.

Takaran pemakaian di atas cocok untuk pengobatan gangguan saluran pernafasan akut dan untuk pengobatan awal pada keadaan kronis sampai
14 hari. Pada pemakaian lebih lama takaran pemakaian bisa diturunkan menjadi separuhnya. Sirup sebaiknya diminum sesudah makan.
Peringatan dan perhatian :

Pada studi preklinis tidak menunjukkan adanya efek yang mengkhawatirkan, akan tetapi keamanan pemakaian pada wanita hamil/menyusui belum diketahui dengan pasti. Meskipun demikian, seperti halnya dengan penggunaan obat-obat lain, pemakaian pada kehamilan trimester I harus hati-hati

Efek samping :


Ambril umumnya mempunyai toleransi yang baik. Efek samping ringan pada saluran pencernaan pernah dilaporkan walaupun jarang. Reaksi alergi jarang terjadi, beberapa pasien yang alergi tersebut juga menunjukkan reaksi alergi terhadap preparat lain.
Kontraindikasi :

Tidak diketahui adanya kontraindikasi.

sumber:  http://riasajda.blogspot.com/2010/12/ambroxol.html

Selasa, 05 November 2013

SALBUTAMOL

Indikasi

Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial, bronkitis kronis dan emphysema.
Komposisi
Tiap tablet mengandung salbutamol sulfat setara dengan salbutamol 2 mg
Tiap tablet mengandung salbutamol sulfat setara dengan salbutamol 4 mg
Tiap sendok takar (5ml) mengandung salbutamol sulfat 2,41 mg setara dengan salbutamol 2 mg
Cara Kerja
Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang reseptor B2 adrenergik terutama pada otot bronkus. Golongan B2 agonis ini merangsang produksi AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase. Efek utama setelah pemberian peroral adalah efek bronkodilatasi yang disebabkan terjadinya relaksasi otot bronkus. Dibandingkan dengan isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama dan lebih aman karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil maka bisa digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.

Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini
Dosis
Tablet:
Dewasa (>12 tahun) : 2-4 mg, 3-4 kali sehari.
Dosis dapat dinaikan secara berangsur.
Untuk lansia diberikan dosis awal yang lebih rendah.
Anak-anak:
2-6 tahun : 1-2 mg, 3-4 kali sehari
6-12 tahun: 2 mg, 3-4 kali sehari.
Sirup:
Dewasa (>12 tahun): 1-2 sendok (5-10 ml), 3-4 kali sehari.
Anak-anak:
2-6 tahun: 1/2-1 sendok (0,25-5ml), 3-4 kali sehari
6-12 tahun: 1 sendok (5ml), 3-4 kali sehari.
Efek Samping
Pada dosis yang dianjurkan tidak ditemukan adanya efek samping yang serius. Pada pemakaian dosis besar dapat menyebabkan tremor halus pada otot skelet (biasanya pada tangan), palpitasi, kejang otot, takikardia, sakit kepala dan ketegangan. efek ini terjadi pada semua perangsangan adrenoreseptor beta. Vasodilator perifer, gugup, hiperaktif, epitaksis (mimisan), susah tidur.
Peringatan dan perhatian
  • Hati-hati bila diberikan pada penderita thyrotoxicosis, hipertensi, gangguan kardiovaskuler, hipertiroid dan diabetes melitus.
  • Meskipun tidak terdapat bukti teratogenitas sebaiknya penggunaaan salbutamol selama kehamilan trimester pertama, hanya jika benar-benar diperlukan.
  • Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui karena kemungkinan diekskresi melalui air susu.
  • Hati-hati penggunaan pada anak kurang dari 2 tahun karena keamanannya belum diketahui dengan pasti.
  • Pemberian intravena pada pasien diabetik, perlu dimonitor kadar gula darah.
Interaksi Obat
  • Efek salbutamol dihambat oleh B2-antagonis.
  • Pemberian bersamaan dengan monoamin oksidase dapat menimbulkan hipertensi berat.
  • Salbutamol dan obat-obatan beta-blocker non-selektif seperti propranolol, tidak bisa diberikan bersamaan.
Over dosis
  • Tanda-tanda over dosis adalah tremor dan tachycardia. Pemberian suatu alpha-adrenergik bloker melalui injeksi intravena dan suatu beta-blocking agen peroral pada kasus asmaticus karena resiko konstriksi bronkus.
  • Hypokalemia.

PARACETAMOL

Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik.
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.

Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna.

Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonyugasi.

Komposisi:
Tiap tablet mengandung Parasetamol 500 mg.

Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot. Serta menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.

Dosis:
Dibawah 1 tahun:
 ½ - 1 sendok teh atau 60 – 120 mg, tiap 4 - 6 jam.

1 - 5 tahun:
1 - 2 sendok teh atau 120 – 250 mg, tiap 4 - 6 jam.
SUMBER:  http://health.detik.com/read/2009/08/06/162448/1178718/769/2/paracetamol-500-mg

DIAZEPAM

Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on

SEDIAAN
tablet, injeksi dan gel rectal, dalam berbagai dosis sediaan.
Beberapa contoh nama dagang diazepam dipasaran yaitu Stesolid®, Valium®, Validex® dan Valisanbe®, untuk sediaan tunggal dan Neurodial®, Metaneuron® dan Danalgin®, untuk sediaan kombinasi dengan metampiron dalam bentuk sediaan tablet.

EFEK SAMPING
Efek samping yang sering terjadi, seperti : pusing, mengantuk
Efek samping yang jarang terjadi, seperti : Depresi, Impaired Cognition
Efek samping yang jarang sekali terjadi,seperti : reaksi alergi, amnesia, anemia, angioedema, behavioral disorders, blood dyscrasias, blurred vision, kehilangan keseimbangan, constipation, coordination changes, diarrhea, disease of liver, drug dependence, dysuria, extrapyramidal disease, false Sense of well-being, fatigue, general weakness, headache disorder, hypotension, Increased bronchial secretions, leukopenia, libido changes, muscle spasm, muscle weakness, nausea, neutropenia disorder, polydipsia, pruritus of skin, seizure disorder, sialorrhea, skin rash, sleep automatism, tachyarrhythmia, trombositopenia, tremors, visual changes, vomiting, xerostomia.


MEKANISME KERJA
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.


INDIKASI
Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerang secara tiba-tiba. Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapat digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.

KONTRA INDIKASI
Hipersensitivitas
Sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain
Pasien koma
Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya
Nyeri berat tak terkendali
Glaukoma sudut sempit
Kehamilan atau laktasi
Diketahui intoleran terhadap alkohol atau glikol propilena (hanya injeksi)


DOSIS & RUTE
Antiansietas, Antikonvulsan.
PO (Dewasa) : 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat sekali sehari.
PO (anak-anak > 6 bulan) : 1-2,5 mg 3-4 kali sehari.
IM, IV (Dewasa) : 2-10 mg, dapat diulang dalam 3-4 jam bila perlu.
Pra-kardioversi
IV (Dewasa) : 5-15 mg 5-10 menit prakardioversi.
Pra-endoskopi
IV (Dewasa) : sampai 20 mg.
IM (Dewasa) : 5-10 mg 30 menit pra-endoskopi.
Status Epileptikus
IV (Dewasa) : 5-10 mg, dapat diulang tiap 10-15 menit total 30 mg, program pengobatan ini dapat diulang kembali dalam 2-4 jam (rute IM biasanya digunakan bila rute IV tidak tersedia).
IM, IV (Anak-anak > 5 tahun) : 1 mg tiap 2-5 menit total 10 mg, diulang tiap 2-4 jam.
IM, IV (Anak-anak 1 bulan – 5 tahun) : 0,2-0,5 mg tiap 2-5 menit sampai maksimum 5 mg, dapat diulang tiap 2-4 jam.
Rektal (Dewasa) : 0,15-0,5 mg/kg (sampai 20 mg/dosis).
Rektal (Geriatrik) : 0,2-0,3 mg/kg.
Rektal (Anak-anak) : 0,2-0,5 mg/kg.
Relaksasi Otot Skelet
PO (Dewasa) : 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat satu kali sehari. 2-2,5 mg 1-2 kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat lemah.
IM, IV (Dewasa) : 5-10 mg (2-5 mg pada pasien yang sangat lemah) dapat diulang dalam 2-4 jam.
Putus Alkohol
PO (Dewasa) : 10 mg 3-4 kali pada 24 jam pertama, diturunkan sampai 5 mg 3-4 kali sehari.
IM, IV (Dewasa) : 10 mg di awal, keudian 5-10 mg dalam 3-4 jam sesuai keperluan.
sumber: http://infoobat.blogspot.com/2011/02/diazepam.html

Senin, 04 November 2013

Fenitoin

Fenitoin merupakan obat antiepilepsi yang pemakaiannya sangat luas, namun mempunyai efek teratogenik. Fenitoin termasuk obat kategori D yaitu obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi janin pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat ireversibel (tidak dapat membaik kembali). Obat-obat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik yang merugikan terhadap janin. Angka malformasi total pada 305 anak yang dilahirkan oleh ibu tanpa epilepsi adalah 6,4%. Prosentase malformasi akibat penggunaan Fenitoin pada masa kehamilan adalah 30%.
dosis

Oral : dosis awal 3-4 mg/kg/hari atau 150-300 mg/hari, dosis tunggal atau terbagi 2 kali sehari. Dapat dinaikkan bertahap. Dosis lazim : 300 - 400 mg/hari, maksimal 600 mg/hari. ANAK : 5 - 8 mg/kg/hari, dosis tunggal/terbagi 2 kali sehari. Status epileptikus : i.v. lambat atau infus, 15 mg/kg, kecepatan maksimal 50 mg/menit (loading dose). Dosis pemeliharaan sekitar 100 mg diberikan sesudahnya, interval 6-8 jam. Monitor kadar plasma. Pengurangan dosis berdasar berat badan.

indikasi
Terapi pada semua jenis epilepsi, kecuali petit mal; status epileptikus

kontraindikasi
Hipersensitif terhadap fenitoin atau hidantoin lain, komponen sediaan obat, kehamilan.

efek samping
Gangguan saluran cerna, pusing, nyeri kepala, tremor, insomnia, neuropati perifer, hipertrofi gingiva, ataksia, bicara tak jelas, nistagmus, penglihatan kabur, ruam, akne, hirsutisme, demam, hepatitis, lupus eritematosus, eritema multiform, efek hematologik (leukopenia, trombositopenia, agranulositosis).

interaksi
Dengan Obat Lain :
  • Analgetik : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh asetosal, azapropazon dan fenilbutazon.
  • Antasida : Menurunkan absorpsi fenitoin.
  • Antiaritmia : Amiodaron menaikkan kadar plasma fenitoin; fenitoin menurunkan kadar plasma disopiramid, meksiletin, dan kinidin.
  • Antibakteri : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh kloramfenikol, sikloserin, isoniazid dan metronidazol; kadar plasma fenitoin dan efek antifolat ditingkatkan oleh kotrimoksazol dan trimetoprim dan mungkin juga oleh sulfonamida lain; kadar plasma fenitoin diturunkan oleh rifamisin; kadar plasma doksisiklin diturunkan oleh fenitoin.
  • Antikoagulan : Metabolisme nikumalon dan warfarin dipercepat (kemungkinan efek antikoagulan menurun, tetapi juga dilaporkan adanya peningkatan)
  • Antidepresan : Antagonisme efek antikonvulsan (ambang kejang diturunkan); fluoksetin, fluroksamin, dan viloksazin menaikkan kadar plasma fenitoin; fenitoin menurunkan kadar plasma mianserin, paroksetin, dan trisiklik.
  • Antidiabetik : Kadar plasma fenitoin untuk sementara ditingkatkan oleh tolbutamid (kemungkinan toksisitas)
  • Antiepileptik lain : Pemberian bersama dua atau lebih antiepileptik dapat meningkatkan toksisitas tanpa diikuti peningkatan khasiat anti epileptik; selain itu interaksi antar antiepileptik dapat menyulitkan pemantauan pengobatan; interaksi meliputi peningkatan efek, peningkatan sedasi,dan penurunan kadar plasma.
  • Antijamur : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh flukonazol dan mikonazol; kadar plasma itrakonazol dan ketokonazol diturunkan
  • Antimalaria : Antagonisme efek antikonvulsan; peningkatan risiko efek antifolat dengan pirimetamin
  • Obat-obat antiplatelet : Kadar plasma fenitoin ditingkatkan oleh asetosal
  • Antipsikotik : Antagonisme efek antikonvulsan (ambang kejang direndahkan); fenitoin mempercepat metabolisme klozapin dan sertindol (menurunkan kadar plasma)
  • Antivirus : Kadar plasma fenitoin dinaikkan atau diturunkan oleh zidovudin
  • Ansiolitik dan hipnotik : Diazepam dan mungkin benzodiazepin lain menaikkan atau menurunkan kadar plasma fenitoin.
  • Antagonis kalsium : Diltiazem dan nifedipin menaikkan kadar plasma fenitoin; efek felodipin, isradipin, dan mungkin diltiazem, nikardipin, nifedipin, dan verapamil dikurangi.
  • Glikosida jantung : metabolisme digitoksin (hanya digitoksin) dipercepat (menurunkan efek)
  • Kortikosteroida : metabolime kortikosteroida dipercepat (menurunkan efek)
  • Siklosporin : Metabolisme siklosporin dipercepat (menurunkan kadar Plasma)
  • Sitotoksika : Mengurangi absorpsi fenitoin; efek antifolat dinaikkan dengan metotreksat
  • Disulfiram : Kadar plasma fenitoin dinaikkan
  • Estrogen dan progesteron : Metabolisme gestrinon, tibolon, dan kontrasepsi oral dipercepat (menurunkan efek kontrasepsi)
  • Simpatomimetik : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh metilfenidat
  • Teofilin : Metabolisme teofilin dipercepat
  • Tiroksin : Metabolisme tiroksin dipercepat (bisa menaikkan kebutuhan akan tiroksin pada hipotiroidisme)
  • Obat - obat antiulkus : Simetidin menghambat metabolisme (menaikkan kadar plasma fenitoin); sukralfat mengurangi absorpsi; omeprazol menambah efek fenitoin
  • Urikosurika : Kadar plasma fenitoin ditingkatkan oleh sulfinpirazon
  • Vaksin : Efek dinaikkan oleh vaksin influenza
  • Vitamin : Kadar plasma fenitoin kadang diturunkan oleh asam folat; kebutuhan akan vitamin D mungkin meningkat
Dengan Makanan :
Makanan dapat mempengaruhi  kadar obat dalam darah. Jika diberikan bersamaan dengan nutrisi enteral, bioavailabilitas fenitoin akan turun. Nutrisi enteral diberikan 2 jam sebelum atau sesudah pemberian fenitoin. Dapat menurunkan kadar kalsium, asam folat dan vitamin D yang berasal dari makanan.

mekanisme kerja
Menstabilisasi membran saraf dan menurunkan aktivitas kejang dengan meningkatkan eflux atau menurunkan effux dari ion natrium yang melewati membran sel pada kortek motorik dari impuls saraf. Memperpanjang effective refractory period dan memperpendek potensial aksi di jantung.Fenitoin menghambat zat - zat yang bersifat antiaritmia. Walaupun obat ini memiliki efek yang kecil terhadap perangsangan elektrik pada otot jantung, tetapi dapat menurunkan kekuatan kontraksi, menekan pacemaker action, meningkatkan konduksi antrioventrikular, terutama setelah ditekan oleh glikosida digitalis. Obat ini dapat menimbulkan hipotensi jika diberikan secara intravena. Fenitoin memiliki aktivitas hipnotik yang kecil.


bentuk sediaan
Tablet, Kapsul, Suspensi Oral, Injeksi

parameter monitoring
Perlu dilakukan monitoring terhadap tekanan darah, kadar fenitoin dalam darah, fungsi hati.
a. stabilitas penyimpanan
    Sediaan fenitoin tablet dan suspensi oral harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada temperatur ruang tidak lebih dari 30°C. Sediaan fenitoin lepas lambat harus terhindar dari cahaya dan kelembaban.  Sediaan fenitoin suspensi oral tidak boleh dibekukan dan terhindar dari cahaya. Fenitoin injeksi harus disimpan pada suhu 15 - 30°C dan tidak boleh dibekukan. Endapan dapat timbul jika injeksi fenitoin didinginkan atau dibekukan, tetapi dapat melarut kembali pada temperatur kamar. Injeksi fenitoin tidak boleh digunakan jika larutan tidak jernih atau terdapat endapan, tetapi larutan injeksi fenitoin kadang berwarna sedikit kekuningan yang tidak mempengaruhi efektivitas obat. Endapan dari fenitoin bebas timbul pada pH <= 11,5

b. informasi pasien
    Kocok terlebih dahulu jika menggunakan obat dengan bentuk sediaan suspensi oral. Jangan mengganti sediaan obat atau dosis tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, jangan sampai lupa minum obat, Obat ini dapat menyebabkan kantuk, sakit kepala, ataksia, dan hilangnya koordinasi; obat ini diminum setelah atau bersama dengan makanan, jangan memecah atau membuka kapsul dari obat.

Asam Mefenamat

Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.

Kontra Indikasi:
N/A

Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.

Dosis:
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.

Dewasa dan anak di atas 14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.

Dismenore
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.

Menoragia
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.

Efek samping:
Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.

Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.

Kontraindikasi:
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam mefenamat.
Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.

Interaksi Obat:
Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering. 
sumber: http://www.dechacare.com/Asam-Mefenamat-P564.html

Ciprofloxacin

Ciprofloxacin adalah antibiotik dalam kelompok obat yang disebut fluoroquinolones. Ciprofloxacin bekerja melawan bakteri dalam tubuh.
 Indikasi:
Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, juga digunakan untuk mencegah atau memperlambat anthrax setelah kemunculannya.

Dosis:
500-750 mg melalui pembuluh darah (intravenous), ulangi setiap 12 jam.
Efek Samping:
  1. Efek GI (N/v, diare, sakit bagian abdominal, dyspepsia, diare, diare/radang usus besar yang dikaitkan dengan penggunaan antibiotik); Efek CNS (sakit kepala, kepeningan, gangguan tidur, kelelahan, keadaan mengantuk); Efek dermatologis (ruam, pruritus, fotosensitivitas); Reaksi hipersensitivitas yang bisa mencakup hipersensitif ringan (misalnya ruam) hingga hipersensitif parah/mengancam nyawa (seperti sindrom Stevens-Jhonson).
  2. Efek hematologis yang jarang, efek hepatik dan ginjal.
  3. Beberapa quinolol memiliki potensi memperpanjang jarak QT (QT interval).
Instruksi Khusus:
  1. Berikan setidaknya 2 jam sebelum atau 3 jam setelah berisi antacid Al- atau Mg-, mengkonsumsi suplemen yang mengandung Zn atau Fe, atau menahan persiapan ddl.
  2. Hindari pencahayaan sinar matahari atau pencahayaan waktu tidur yang begitu kuat.
  3. Gunakan dengan hati-hati pada penderita epilepsi atau yang memiliki riwayat gangguan CNS, pada pasien kerusakan fungsi ginjal atau hati dan pada mereka yang mengalami kekurangan G6PD. sumber:  http://health.detik.com/read/2010/08/24/113617/1426530/769/ciprofloxacin

ASPIRIN

Aspirin (Asetosal) adalah nama dagang untuk jenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan) yang dikeluarkan oleh Bayer.  Aspirin juga merupakan obat antidemam kuat dan mempunyai efek menghambat agregasi trombosit pada dosis rendah (40 mg) sehingga selain sebagai analgesik aspirin dewasa ini banyak digunakan sebagai alternatif dari antikoagulansia sebagai pencegah infark ke 2 setelah terjadinya serangan (Tjay dan Rahardja, 2002).
Aspirin mengandung zat aktif berupa asam asetilsalisilat. Oleh sebab itu, aspirin merupakan asam organik lemah yang unik diantara obat-obat AINS dalam asetilasi (dan juga inaktivasi) siklooksigenase ireversibel. AINS lain termasuk salisilat, semuanya penghambat siklooksigenase reversible. Aspirin cepat dideasetilasi oleh esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat, yang mempunyai efek anti-inflamasi, anti-piretik, dan analgesik (Mycek dkk., 2001). Aspirin (asam asetilsalisilat) mempunyai pKa 3,5. Asam asetilsalisilat disintesis tahun 1853, tetapi obat ini belum digunakan sampai tahun 1899, ketika diketahui bahwa obat ini efektif pada artritis dan dapat ditoleransi dengan baik. Nama aspirin diciptakan dari gabungan kata bahasa Jerman untuk senyawa acetylspirsäure  (spirea, nama genus tanaman asal zat tersebut dan säure, yang dalam bahasa Jerman berarti asam).
  1. B.     Struktur kimia
Aspirin mengandung gugus fungsi asam karboksilat, dengan rumus molekul C9H8O4. Nama IUPAC dari aspirin adalah asam 2-asetilbenzoat. Nama generik aspirin adalah asetosal. Nama kimia dari aspirin adalah asam asetilsalisilat. Adapun struktur kimia dari aspirin adalah sebagai berikut :
images1
Gambar 2. Struktur aspirin
  1. C.    Dosis
Dosis optimum analgesik atau antipiretik aspirin, lebih kecil dari dosis oral 0,6 mg yang lazim digunakan. Dosis yang lebih besar dapat memperpanjang efeknya. Dosis lazim dapat diulang setiap 4 jam dan dosis lebih kecil (0,3 g) setiap 3 jam. Dosis untuk anak-anak sebesar 50-75 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.
Dosis anti-inflamasi rata-rata 4 g/hari dapat ditoleransi oleh kebanyakan orang dewasa. Pada anak-anak, biasanya dosis 50-75  mg/kg/hari menghasilkan kadar darah yang adekuat. Kadar darah 15-30 mg/dL disertai dengan efek anti-inflamasi

  1. D.    Efek Utama
    1. Efek anti-inflamasi
Aspirin menghambat perlekatan granulosit pada pembuluh darah yang rusak, menstabilkan membran lisosom, dan menghambrat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ketempat peradangan, sehingga dapat mengurangi rasa sakit di daerah peradangan. Sifat anti-inflamasi salisilat dosis tinggi bertanggung jawab terhadap dianjurkannya obat ini sebagai terapi awal artritis rematoid, demam rematik, dan peradangan sendi lainnya.
  1. Efek Analgesik
Asprin sangat efektif dalam meredakan nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang, namun tidak efektif pada terapi nyeri visera seperti yang menyertai abdomen akut, kolik ginjal, perikarditis, atau infark miokard. Aspirin menghilangkan nyeri dari berbagai penyebab seperti yang berasal dari otot, pembuluh darah, gigi, keadaan pasca persalinan, artritis dan bursitis.
  1. Efek anti-piretik
Aspirin menurunkan demam, tetapi hanya sedikit mempengaruhi suhu badan yang normal. Penurunan suhu badan berhubungan dengan peningkatan pengeluaran panas karena pelebaran pembuluh darah superfisial. Antipiesis mungkin disertai dengan pembentukan banyak keringat. Demam yang menyertai infeksi dianggap akibat dari dua kerja. Pertama pembentukan prostaglandin di dalam susunan saraf pusat sebagai respon terhadap bakteri pirogen. Kedua efek interleukin-1 pada hipotalamus. Interleukin-1 dihasilkan oleh makrofag dan dilepaskan selama respon peradangan. Aspirin menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh pembentukan prostaglandin maupun respon susunan saraf pusat terhadap interleukin-1 dan sehingga dapat mengatur kembali “pengontrol suhu” dihipotalamus, sehingga memudahkan pelepasan panas dengan jalan vasodilatasi.
  1. Efek terhadap trombosit
Aspirin mempengaruhi hemostatis. Aspirin dosis tunggal sedikit memanjangakan waktu perdarahan hal ini digambarkan dengan penghambatan agregasi trombosit sekunder akibat penghambatan sintesis tromboksan. Karena kerja ini bersifat ireversibel aspirin menghambat agregasi trombosit sampai selama 8 hari sampai terbentuk trombosit baru. Aspirin mempunyai masa kerja yang lebih panjang dibandingkan senyawa lain penghambat agregasi trombosit seperti tiklopidin, fenilbutazon, dan dipiridamol.
  1. E.     Efek Samping
    1. Efek terhadap saluran cerna
Pada dosis yang biasa, efek samping utama adalah gangguan pada lambung (intoleransi). Efek ini dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok. Gastritis yang timbul pada aspirin mungkin disebabkan oleh iritasi mukosa lambung oleh tablet yang tidak larut, karena penyerapan salisilat nonionisasi di dalam lambung atau karena penghambatan prostaglandin pelindung. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berhubungan dengan penggunaan aspirin biasanya berkaitan dengan erosi lambung. Peningkatan kehilangan darah yang sedikit melalui tinja secara rutin berhubungan dengan pemberian aspirin dosis tinggi.
  1. Efek susunan saraf pusat
Dengan dosis yang lebih tinggi, penderita bisa mengalami “salisilisme” (tinnitus atau penurunan pendengaran dan vertigo) yang reversibel dengan pengurangan dosis. Dosis salisilat yang lebih besar lagi dapat menyebabkan hiperpnea melalui efek langsung terhadap medulla oblongata. Pada kadar salisilat toksik yang rendah, bisa timbul respirasi alkalosis sebagai akibat peningkatan ventilasi.
  1. Efek lain
Aspirin dalam dosis harian 2 g atau lebih kecil biasanya meningkatkan asam urat, sedangkan dosis lebih dari 4 g/hari akan menurunkan kadar asam urat sampai di bawah 2,5 mg/dL. Aspirin dapat menimbulkan hepatitis ringan yang biasanya asimtomatik, terutama pada penderita yang mendasarinya seperti lupus eritematosus sistemik serta artritis rematoid juvenilis dan dewasa. Salisilat dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus yang reversibel pada penderita dengan dasar penyakit ginjal. Reaksi hipersensitivitas biasa timbul setelah meminum aspirin pada penderita asma dan polip hidung serta bisa disertai dengan bronkokonstriksi dan syok. Reaksi ini diperantarai oleh leukotrin.
  Mekanisme Aksi
  1. Farmakokinetik
Penyerapan: Tingkat penyerapan aspirin dari saluran gastrointestinal (GI) tergantung pada ada atau tidak adanya makanan, pH lambung (ada atau tidak adanya antasida GI), dan faktor fisiologis lainnya. Setelah penyerapan, aspirin dihidrolisis menjadi asam salisilat dalam dinding usus dan selama metabolisme pertama-pass dengan kadar plasma puncak asam salisilat yang terjadi dalam 1 sampai 2 jam dari dosis.
Distribusi: Asam salisilat secara luas didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan dalam tubuh termasuk sistem saraf pusat (SSP), ASI, dan jaringan janin. Konsentrasi tertinggi ditemukan dalam plasma, hati, ginjal, jantung, dan paru-paru. Protein pengikatan salisilat adalah konsentrasi tergantung, yaitu, nonlinier. Pada konsentrasi plasma asam salisilat <100 mg / mL dan> 400 mg / mL, sekitar 90 dan 76 persen dari salisilat plasma terikat pada albumin, masing-masing.
Metabolisme: Aspirin, yang memiliki waktu paruh sekitar 15 menit, dihidrolisis dalam plasma asam salisilat sehingga kadar plasma aspirin mungkin tidak terdeteksi 1 sampai 2 jam setelah pemberian dosis. Asam salisilat, yang memiliki kehidupan plasma setengah dari sekitar 6 jam, adalah terkonjugasi dalam hati untuk membentuk asam salicyluric, glukuronat fenolik salisil, salisil asil glukronat,asam gentisic, dan asam gentisuric. Pada konsentrasi serum yang lebih tinggi dari asam salisilat, pembersihan total asam salisilat menurun karena keterbatasan kemampuan hati untuk membentuk kedua asam glukuronat salicyluric dan fenolik. Setelah dosis aspirin beracun (misalnya,> 10 gram), plasma paruh asam salisilat dapat meningkat menjadi lebih dari 20 jam.
Eliminasi: Penghapusan asam salisilat adalah konstan dalam kaitannya dengan konsentrasi asam salisilat plasma. Setelah dosis terapi aspirin, sekitar 75, 10, 10, dan 5 persen ditemukan diekskresikan dalam urin sebagai asam salicyluric, asam salisilat, sebuah glukuronat fenolik asam salisilat, dan glukuronat asil dari asam salisilat, masing-masing. Sebagai pH urin naik di atas 6,5, pembersihan ginjal salisilat bebas meningkat dari kurang dari 5 persen menjadi lebih dari 80 persen. Alkalinisasi urin adalah konsep kunci dalam pengelolaan overdosis salisilat. Pembukaan asam salisilat juga berkurang pada pasien dengan gangguan ginjal.
  1. Farmakodinamik
Efektivitas aspirin terutama disebabkan oleh kemampuannya menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel (prostaglandin Sintetase), yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi senyawa endoperoksida pada dosis yang tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2, tetapi tidak leukotrien.
sumber:  http://arumsetia.wordpress.com/2012/12/19/78/

AMINOFILIN

Aminofilin adalah jenis teofilin yang berikatan dengan suatu substantial kimia (etilendiamin) yang membuatnya menjadi lebih larut dengan air. Aminofilin adalah jenis teofilin yang diberikan dalam bentuk injeksin namun sangat perih dan iritasi jika diberikan melalui suntikan intramuskular.
- Nama & Struktur    Kimia
:
Theophyllinum et Ethylenediaminum. (C7H8N4O2)2,C2H4(NH2)2
- Sifat Fisikokimia
:
Serbuk berwarna putih atau sedikit kekuningan. Bersifat anhydrous atau tidak mengandung lebih dari 2 molekul air. Aminofilin mengandung tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih dari 87.4% teofilin anhydrous, serta mengandung 13.5% sampai 15% anhydrous ethylenediamine. Larut dalam air (larutan menjadi keruh akibat pengaruh karbon dioksida), tidak larut dalam dehydrated alkohol. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. (1)
- Keterangan
:
Larutan Aminofilin bersifat basa. Apabila pH

Golongan/Kelas Terapi
Obat Untuk Saluran Napas

 Nama Dagang
- Amicain
- Aminophyllinum (5,6)




  Indikasi
 Asma dan penyakit paru obstruksi kronis.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Cara pemberian
 1. Oral : dapat digunakan bersama dengan makanan maupun tidak
 2. Intravenous:
 * Dapat diberikan dengan injeksi lambat IV bolus atau dapat diberikan dengan infus   
 * Jangan dicampur dengan obat lain didalam syringe
 * Hindari penggunaan obat-obat yang tidak stabil dalam suasana asam bersamaan   
   dengan aminofilin
 * Jangan digunakan jika terdapat kristal yang terpisah dari larutan

 Dosis :
Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 250-500mg (5 mg/kg) (diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat
Dewasa : Asma akut berat : IV infus 500 mcg/kg/jam (dengan monitoring ketat) disesuaikan dengan konsentrasi plasma Teofilin.
Anak-anak : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 5 mg/kg (diinjeksikan lebih dari 20 menit)  dengan monitoring ketat, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat. Anak-anak : Asma akut berat: IV infus: anak usia 6 bulan - 9 tahun 1mg/kg/jam anak usia 10 - 16 tahun 800 mcg/kg/jam disesuaikan dengan konsentrasi teofilin dalam plasma.
 
Farmakologi
Absorpsi : Oral, tablet: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar puncak 10 mcg/mL (range 5-15 mcg/mL) adalah 1-2 jam setelah pemberian dosis 5mg/kg  pada dewasa. Adanya makanan tidak mempengaruhi absorpsi.
Distribusi : Vd: 0.45 L/kg (range 0.3 L/kg-0.7 L/kg). Protein binding: 40%, khususnya dengan albumin.
Metabolisme : Hepatic; isoenzyme P450 CYP1A2, CYP2E1, CYP3A3; pasien lebih dari 1 tahun, 90% metabolisme terjadi di hati. Metabolit aktif: 3-methylxanthine; caffeine (tidak ditemukan pada pasien dewasa, diduga dapat terakumulasi pada neonatus dan dapat menyebabkan efek farmakologi).
Ekskresi : Pada ginjal: (pasien dengan usia lebih dari 3 tahun), 10% tidak berubah; (neonatus), 50% tidak berubah. Teofilin, terdialisis pada hemodialysis; tidak terdialisis pada peritoneal dialysis. 3-methylxanthine, Ginjal: (pasien dengan usia lebih dari 3 tahun), merupakan rute utama.
Stabilitas Penyimpanan
          Sediaan oral: Tablet harus di simpan pada suhu ruang 20°C-25°C, terlindung cahaya dan lembab. Sediaan parenteral: Simpan pada suhu 15°C-30°C, terlindung dari cahaya. Simpan dalam kardus sampai pada waktu ingin digunakan. Aminofilin merupakan larutan yang stabil pada suhu ruangan. Pada pH 3.5-8.6, stabilitas dalam suhu kamar pada konsentrasi tidak kurang dari 40 mg/mL dapat dijaga hingga 48 jam. Stabilitas Aminofilin dalam plastic syringes ±  5 jam. Aminofilin bersifat basa (pH sekitar 8.8) sehingga memiliki kecenderungan untuk meluluhkan plastik dan karet, oleh karena itu tidak direkomendasikan penyimpanan dalam plastic syringes dalam waktu lama.Larutan tidak boleh digunakan bila terjadi perubahan warna atau bila terbentuk kristal.
Kontraindikasi
          Hipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiamine.
Efek Samping
         Efek samping yang sering terjadi : Saluran cerna : diare, mual dan muntah; Neurologi : pusing, sakit kepala, insomnia, dan tremor; Renal : diuresis; 
         Efek samping serius : Cardiovascular : Atrial fibrilasi, Bradiaritmia apabila administrasi terlalu cepat dapat menyebabkan Cardiac arrest, Takiaritmia Dermatologic : Erythroderma; Gastrointestinal : Necrotizing enterocolitis in fetus OR newborn; Immunologic : Immune hypersensitivity reaction; Neurologic : perdarahan pada intracranial, kejang. (2)
Interaksi
Dengan Obat Lain :
 Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar Teofilin: Propanolol, Allopurinol (>600mg/day), Erythromycin, Cimetidin, Troleandomycin, Ciprofloxacin (golongan Quinolon yang lain), kontrasepsi oral, Beta-Blocker, Calcium Channel Blocker, Kortikosteroid, Disulfiram, Efedrin, Vaksin Influenza, Interferon, Makrolida, Mexiletine, Thiabendazole, Hormon Thyroid, Carbamazepine, Isoniazid, Loop diuretics. Obat lain yang dapat menghambat Cytochrome P450 1A2, seperti: Amiodaron, Fluxosamine, Ketoconazole, Antibiotik Quinolon).
          Obat-obat yang dapat menurunkan kadar Teofilin: Phenytoin, obat-obat yang dapat menginduksi CYP 1A2 (seperti: Aminoglutethimide, Phenobarbital, Carbamazepine, Rifampin), Ritonavir, IV Isoproterenol, Barbiturate, Hydantoin, Ketoconazole, Sulfinpyrazone, Isoniazid, Loop Diuretic, Sympathomimetics.
Dengan Makanan : Hindari konsumsi Caffein yang berlebihan. Hindari diet protein dan karbohidrat yang berlebihan. Batasi konsumsi charcoal-broiled foods.
Pengaruh
 - Terhadap Kehamilan : Termasuk dalam kategori C. (2) Teofilin dapat melewati plasenta, efek obat yang tidak dikehendaki dapat terlihat pada bayi yang baru lahir. Metabolisme Teofilin dapat mengalami perubahan selama kehamilan sehingga perlu dilakukan pemantauan kadar Teofilin dalam darah.
 - Terhadap Ibu Menyusui : Tereksresi pada air susu. American Academy of Pediatrics menyatakan "compatible with breastfeeding".2,4 Pengaruh terhadap bayi kecil.
 - Terhadap Anak-anak : Neonatus (term and premature), anak - anak dibawah satu tahun mengalami penurunan clearance; risiko terjadinya  "fatal theophylline toxicity" meningkat.
 - Terhadap Hasil Laboratorium : Teofilin menyebabkan reaksi positif palsu terhadap peningkatan kadar asam urat  apabila diukur dengan menggunakan metode Bittner atau Colorimetric tetapi tidak demikian halnya apabila diukur dengan menggunakan metode Uricase. Penelitian in vitro yang telah dilakukan dengan metode pengukuran  menggunakan spektrofotometri menunjukkan peningkatan palsu kadar teofilin dalam darah akibat pengaruh penggunaan furosemide, sulfathiazole, fenilbutazon, probenesid, theobromin, kafein, coklat, dan asetaminofen. Tidak demikian halnya apabila metode pengukuran yang digunakan adalah HPLC.3
Parameter Monitoring
          1. Penurunan gejala asma
          2. Test fungsi paru
          3. Serum Teofilin (rentang normal: 10-20 mcg/mL).
Bentuk Sediaan
Tablet 225 mg, Ampul 10ml
Tablet 225 mg, 350 mg.
Injeksi : 25 mg/ml, dalam 10 ml.

Peringatan
1.usia: neonatus (term and premature), anak - anak dibawah satu tahun, usia lanjut (lebih dari
   60 tahun) mengalami penurunan clearance; risiko terjadinya  "fatal theophylline toxicity"
   meningkat.
2.active peptic ulcer; memperparah ulcer
3.cardiac arrhythmias (tidak termasuk bradiaritmia);memperparah keadaan
4.penggunaan obat lain yang menghambat atau mempengaruhi metabolisme teofilin ;  
    meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping yang
    fatal
5.congestive heart failure; mengurangi clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek
   samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin
 6.peningkatan dosis harus didasarkan pada kadar puncak theophyllin pada saat steady state
 7.demam; 102 derajat Fahrenheit (38.8 derajat celcius) atau lebih yang terjadi selama 24 jam
   (atau bahkan lebih), atau peningkatan suhu yang lebih rendah yang terjadi selama periode  
   waktu yang lama, penurunan clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek
  samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin 
8.hipotiroid;menurunkan clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek samping
   yang serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin (8).
   hipotiroid;menurunkan clearance teofilin, meningkatkan risiko terjadinya efek samping  
   yang serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin
 9.penyakit hati, sirosis, hepatitis akut; mengurangi clearance teofilin, meningkatkan risiko
terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan teofilin
10. Pulmonary edema (acute) atau cor pulmonale, mengurangi clearance teofilin,
       meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping yang   
      fatal akibat keracunan teofilin
11. Kejang memperparah kondisi yang sedang terjadi
12. Sepsis dengan kelainan multi-organ, mngurangi clearance teofilin, meningkatkan risiko  
     terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping yang fatal akibat keracunan   
      teofilin.
Mekanisme Aksi
          Teofilin, sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of airway stimuli). Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan PDE IV. Sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas molekular yang lain. Teofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara peningkatan uptake Ca melalui Adenosin-mediated Chanels.2
Monitoring Penggunaan Obat
          1.Perbaikan pada gejala asma,
          2.Tes fungsi paru,
          3.Rentang terapeutik teofilin adalah 10 sampai 20 mcg/mL,
          4.Serum teofilin (ambil sampel darah pada waktu kadar puncak yang diharapkan); setelah awal pemberian terapi, sebelum dosis ditingkatkan, jika tanda terjadinya toksisitas Teofilin muncul,atau dengan terjadinya perubahan status penyakit atau terapi obat.
sumber :  http://namaobatrespirasi.blogspot.com/2010/11/aminofilin.html

Penyakit Gagal Ginjal Akut


Gagal ginjal akut adalah hilangnya kemampuan ginjal untuk menyaring darah secara tiba-tiba. Ketika itu terjadi maka cairan, elektrolit dan kotoran akan bercampur di dalam darah.
Gagal ginjal dapat berkembang dengan cepat hanya dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Orang dengan gagal ginjal dapat menjadi fatal serta membutuhkan perawatan medis intensif. Jika ginjal anda masih dalam kondisi yang baik, jaga baik-baik kesehatan ginjal anda.
GEJALA
        Tanda dan gejala gagal ginjal akut antara lain:
• Berkurangnya urin saat buang air
• Terlalu banyak menyimpan cairan di dalam tubuh yang menyebabkan pembengkakan pada area kaki
• Perasaan mengantuk
• Napas pendek
• Lelah
• Perasaan bingung
• Mual
• Kejang atau koma pada kasus yang parah
• Nyeri atau perasaan tertekan pada dada
Terkadang gagal ginjal akut tidak menyebabkan tanda atau gejala dan hanya dapat diketahui dengan tes laboratorium.

Penyebab & Faktor Risiko
1. Penyebab

Gagal ginjal akut terjadi ketika ginjal tiba-tiba tidak mampu untuk menyaring kotoran dari darah. Gagal ginjal akut dapat terjadi apabila ada kerusakan pada ginjal anda atau kondisi lain yang menyebabkan aliran darah mengalir lambat menuju ginjal. Gagal ginjal akut juga dapat terjadi apabila kotoran yang telah tersaring tidak keluar dari tubuh bersamaan dengan urin.

Melambatnya aliran darah ke ginjal
Kondisi yang menyebabkan darah yang menuju ginjal mengalir secara lambat dan menyebabkan gagal ginjal antara lain:
• Kurang darah
• Pengobatan terhadap tekanan darah
• Serangan jantung
• Penyakit jantung
• Infeksi
• Kerusakan hati
• Nonsteroidal anti-inflammatory drugs, seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen
• Reaksi alergi parah (anaphylaxis)
• Dehidrasi parah

Penyakit dan kondisi yang merusak ginjal
Penyakit dan kondisi yang merusak ginjal dan dapat menyebabkan gagal ginjal akut antara lain:
• Gumpalan darah pada vena dan arteri di dalam dan disekitar ginjal
• Kumpulan kolesterol yang menyumbat aliran darah di dalam ginjal
• Glomerulonephritis
• Hemolytic uremic syndrome
• Infeksi pada ginjal
• Lupus
• Pengobatan, seperti obat chemotherapy ataupun antibiotik
• Multiple myeloma
• Scleroderma
• Thrombotic thrombocytopenic purpura
• Racun, seperti alkohol, kokain dan zat berbahaya lain
• Vasculitis

Penyakit dan kondisi yang menyumbat urin
Penyakit dan kondisi yang menyumbat aliran urin keluar dari tubuh dan memicu gagal ginjal akut antara lain:
• Kanker kandung kemih
• Gumpalan darah pada saluran urin
• Kanker serviks
• Kanker usus besar
• Pembesaran prostate
• Batu ginjal
• Kerusakan syaraf yang mengontrol aktifitas kandung kemih
• Kanker prostat
2. Faktor risiko
Kondisi yang meningkatkan risiko gagal ginjal akut antara lain:
• Dalam perawatan di rumah sakit, khususnya untuk kondisi serius yang membutuhkan perawatan intensif
• Usia lanjut
• Penyumbatan pembuluh darah di tangan atau kaki (peripheral artery disease)
• Diabetes
• Tekanan darah tinggi
• Gagal jantung
• Penyakit ginjal
• Penyakit hati

Pencegahan
Gagal ginjal akut sering tidak mungkin untuk diperkirakan atau dicegah. Tapi anda dapat mengurangi risiko dengan menjaga kesehatan ginjal.
1.      Ikuti petunjuk pada kemasan obat. Jika anda menggunakan obat tanpa resep yang dijual bebas. Ikuti petunjuk yang ada pada kemasannya. Menggunakan obat dengan dosis yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko gagal ginjal akut
2.      Ikuti petunjuk dokter. Jika anda memiliki penyakit ginjal atau kondisi lain yang meningkatkan risiko gagal ginjal akut, ikuti rekomendasi dokter anda untuk mengontrol kondisi tersebut.
3.       Lakukan teknik pernapasan dengan diagfragma untuk membuat anda lebih tenang. Ketika anda menghirup napas, biarkan perut anda mengembang. Dan ketika anda membuang napas makan perut anda secara alami akan berkontraksi. Teknik bernapas seperti ini juga dapat membantu menenangkan otot bagian perut dan dapat memicu membuat aktifitas berjalan normal.
sumber:  http://aceh-laboratorium.blogspot.com/2012/01/pengertian-gagal-ginjal-akut.html




PENYAKIT PNEUMONIA

Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol. Namun penyebab yang paling sering ialah serangan bakteria streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus.

Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun.

PENYEBAB
Cara penularan virus atau bakteri Pneumonia sampai saat ini belum diketahui pasti, namun ada beberapa hal yang memungkinkan seseorang beresiko tinggi terserang penyakit Pneumonia. Hal ini diantaranya adalah:

  1. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan para penderita penyakit kronik seperti sakit jantung, diabetes mellitus. Begitupula bagi mereka yang pernah/rutin menjalani kemoterapy (chemotherapy) dan meminum obat golongan Immunosupressant dalam waktu lama, dimana mereka pada umumnya memiliki daya tahan tubuh (Immun) yang lemah.

  2. Perokok dan peminum alkohol. Perokok berat dapat mengalami irritasi pada saluran pernafasan (bronchial) yang akhirnya menimbulkan secresi muccus (riak/dahak), Apabila riak/dahak mengandung bakteri maka dapat menyebabkan Pneumonia. Alkohol dapat berdampak buruk terhadap sel-sel darah putih, hal ini menyebabkan lemahnya daya tahan tubuh dalam melawan suatu infeksi.

  3. Pasien yang berada di ruang perawatan intensive (ICU/ICCU). Pasien yang dilakukan tindakan ventilator (alat bantu nafas) 'endotracheal tube' sangat beresiko terkena Pneumonia. Disaat mereka batuk akan mengeluarkan tekanan balik isi lambung (perut) ke arah kerongkongan, bila hal itu mengandung bakteri dan berpindah ke rongga nafas (ventilator) maka potensial tinggi terkena Pneumonia.

  4. Menghirup udara tercemar polusi zat kemikal. Resiko tinggi dihadapi oleh para petani apabila mereka menyemprotkan tanaman dengan zat kemikal (chemical) tanpa memakai masker adalah terjadi irritasi dan menimbulkan peradangan pada paru yang akibatnya mudah menderita penyakit Pneumonia dengan masuknya bakteri atau virus.

  5. Pasien yang lama berbaring. Pasien yang mengalami operasi besar sehingga menyebabkannya bermasalah dalah hal mobilisasi merupakan salah satu resiko tinggi terkena penyakit Pneumonia, dimana dengan tidur berbaring statis memungkinkan riak/muccus berkumpul dirongga paru dan menjadi media berkembangnya bakteri.
GEJALA
Gejala yang berhubungan dengan pneumonia termasuk batuk, sakit dada, demam, dan kesulitan bernafas. Sedangkan tanda-tanda menderita Pneumonia dapat diketahui setelah menjalani pemeriksaan X-ray (Rongent) dan pemeriksaan sputum.

PENGOBATAN
Penanganan dan pengobatan pada penderita Pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala yang timbul dan type dari penyebab Pneumonia itu sendiri.
  1. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan antibiotik. Pengobatan haruslah benar-benar komplite sampai benar-benar tidak lagi adanya gejala atau hasil pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi menampakkan adanya bakteri Pneumonia, jika tidak maka suatu saat Pneumonia akan kembali diderita.

  2. Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang hampir sama dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat yang cukup dan pemberian intake cairan yang cukup banyak serta gizi yang baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.

  3. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan dengan pemberian antijamur.
Di samping itu pemberian obat lain untuk membantu mengurangi nyeri, demam dan sakit kepala. Pemberian obat anti (penekan) batuk di anjurkan dengan dosis rendah hanya cukup membuat penderita bisa beristirahat tidur, Karena batuk juga akan membantu proses pembersihan secresi mucossa (riak/dahak) diparu-paru.
sumber: http://www.spesialis.info/?penyebab-penyakit-pneumonia,315

PENYAKIT TIFUS

Penyebab, Gejala, Pencegahan Serta Pengobatan Penyakit Tifus / Tipes / Typus -
Pernah mengalami sakit yang satu ini ? kalo admin sendiri alhamdulliah belum pernah dan semoga ga akan pernah.. hehe, tapi kerabat maupun sahabat admin banyak yang terserang oleh penyakit yang satu ini.. dan melihat kondisi para penderita tifus admin sangat kasihan, mereka lemas tak berdaya.. ^_^ . namun sebenarnya apa itu penyakit tipes/tifus, apa penyebab bisa terserang tifus, dan bagaimana gejala dan cara penyembuhannya.. untuk itu mari kita kupas tuntas mengenai penyakit yang satu ini.

Tifus dapat mengacu kepada beberapa hal berikut:
  • Demam tifoid, penyakit yang sering ditemukan di Indonesia yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica.
  • PenyakitRickettsia (typhus), penyakit yang disebabkan oleh bakteri genus Rickettsia yang disebarkan oleh kutu.
Demam tifoid, atau typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi. Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh tinja.
Penyakit Rickettsia atau tifus adalah berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri familia Rickettsiae. Penyakit ini disebarkan oleh arthropoda, khususnya kutu, tungau, dan caplak. Tiga jenis typhus utama adalah tifus epidemik, tifus endemik, dan tifus belukar. Jenis lain tifus yang juga sering ditemukan adalah penyakit Brill-Zinsser, yang merupakan tifus epidemik yang muncul kembali setelah bertahun-tahun sembuh. Tifus epidemik dan penyakit Brill-Zinsser disebabkan oleh bakteri  
Rickettsia prowazekii. Tifus epidemik disebarkan oleh kutu badan. Tifus endemik disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi, yang disebarkan oleh kutu. Tifus belukar disebabkan oleh bakteri Rickettsia tsutsugamushi (dahulu bernama Orientia tsutsugamushi), dan disebarkan oleh tungau dan caplak. Jenis tifus lainnya antara lain demam berbintik gunung Rocky, Rickettsialpox, demam Boutonneuse, tifus caplak Siberia, tifus caplak Australia, dan demam berbintik Oriental.
Gejala Demam Tifoid

Setelah infeksi terjadi akan muncul satu atau beberapa gejala berikut ini:

  • demam tinggi dari 39° sampai 40 °C (103° sampai 104 °F) yang meningkat secara perlahan
  • tubuh menggigil
  • denyut jantung lemah
  • badan lemah
  • sakit kepala
  • nyeri otot myalgia
  • kehilangan nafsu makan
  • konstipasi
  • sakit perut
  • pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda
Cara Penularan Tipes/Tifus
  • Melalui makanan atau minuman yang sudah tercemar oleh bakteri Salmonella. Pada penderita Tifus, terdapat bakteri samonella pada aliran darah dan usus yang kemudian akan dikeluarkan melalui kotoran.
  • Penderita dapat menularkan penyakit ini apabila penderita meyajikan, dan memasak makanan atau memegang barang-barang yang biasanya digunakan untuk makan tanpa mencuci tangan dengan bersih terlebih dahulu.
  • Bisa juga disebabkan karena air yang diminum atau yang dipakai untuk mencuci pealatan makan seperti piring, gelas dan sebagainya atau mencuci sayur dan buah-buahan sudah tercemar oleh bakteri.
Cara Perawatan Penyakit Tipes/Tipus
Penyakit ini bisa diatasi dengan Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciproloxacin yang sering digunakan untuk merawat demam tipoid di negara-
Dan Admin menyarankan jika ada teman atau kerabat yang terserang penyakit ini, harap segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut dan mengurangi terjadinya kondisi yang lebih parah. 
sumber: http://permathic.blogspot.com/2013/04/penyebab-gejala-pencegahan-serta.html